Tour to Sawah..Grade 4 D...Berani kotor...? kotor itu baik? Is it right?
Jumat, 28 Oktober 2011
Senin, 24 Oktober 2011
Apa yang Salah Dalam
Pengajaran Bahasa Inggris Kita?
Alhamdulillah, setelah dua
pekan kita meninggalkan kesibukan kita berkutak-katik dengan buku, spidol dan
papan tulis, kini kita kembali dituntut melakukan kewajiban untuk mengajar.
Sepertinya hanya sebentar kita libur menyambut dan mengisi lebaran Iedul Fitri
yang suci itu. Tanpa terasa seiring cepatnya waktu bergulir, kita pun mengajar
lagi.
Kita pun harus siap-siap
mengeratkan tali pinggang kita semua maksudnya harus pandai-pandai berhemat.
Lho, memangnya kenapa? Penulis yakin Anda semua tahu dan maklum lah! Jawabannya
adalah karena para guru sebagian besar dompetnya pada kosong. Hal ini
disebabkan karena gajian dibayar pada tanggal 25 September 2008. Artinya gaji
tanggal 1 Oktober 2008 tak diterima lagi. Solusinya? Pinjam koperasi! Wah…nambah
hutang lagi, nih?
Kita tinggalkan saja membahas
masalah di atas. Hari ini penulis mencoba ikut rembuk tentang pengajaran bahasa
Inggris kita. Berbicara mengenai bahasa Inggris tentu tidak akan
habis-habisnya. Seorang dosen bahasa Inggris di FKIP Universitas Jambi pernah
juga menulis artikel dimaksud di harian ini juga. Pada hari Sabtu, 27 September
2008 kembali guru senior kita dari SMA Muhammadiyah Jambi tergerak menulis
tentang bahasa Inggris ini. Nah,
sekarang pun penulis mencoba mengangkat masalah tersebut di ruang “Untukmu Guruku”.
Hal ini menurut penulis sangat
penting. Itu disebabkan pelajaran tersebut merupakan salah satu pelajaran yang
“wajib” diuji, tidak hanya saat Ujian Nasional tetapi juga di segala bidang
pekerjaan. Contohnya saja bila seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan,
wartawan, Kantor pemerintah, Kedutaan, pelatih cabang olah raga sampai resepsionis
di hotel, dia harus menguasai bahasa Inggris.
English is the language of the
world. Semboyan itu hampir dikenal oleh semua orang yang ingin belajar bahasa Inggris.
Penulis masih ingat kalimat tersebut terdapat di dalam buku pelajaran bahasa
Inggris sistem 24 jam,karangan Abdullah Masrur. Buku tersebut sejenis buku
motivasi dalam belajar di era tahun 80-an. Hal ini disebabkan dalam buku
tersebut pengarang memang memberi motivasi kepada orang yang belajar Inggris agar tidak malu
dan takut salah dalam percakapan yang menggunakan bahasa Inggris.
Pernyataan tersebut, menurut
penulis memang benar faktanya. Alasannya, penulis mengalami sendiri bahwa
setelah memiliki buku tersebut, penulis termotivasi untuk bisa menguasai bahasa
Inggris. Orang asing bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia, kenapa kita
tidak bisa menguasai bahasa mereka? Bukti kuat yang mendukung alasan di atas
adalah orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Lihat dan dengarlah bila
mereka berbicara menggunakan bahasa kita, mereka tidak perlu memakai tata
bahasa yang rumit. Mereka dengan seenaknya saja berujar tanpa takut salah
apalagi malu. Contohnya ketika mereka
akan bertanya letak hotel kepada seorang pengemudi taksi. “ di sini dekat di
mana hotel?” Menurut tata bahasa kita tentu pertanyaan itu salah dan janggal
sekali terdengar oleh telinga kita. Tapi bagi orang lain yang berpendidikan
maupun tidak, jelas akan mengerti pertanyaan si bule. Apalagi bagi seorang
supir taksi, jelas tahu apa maksud si penanya. Si bule maksudnya bertanya di
mana letak hotel yang terdekat.
Contoh lain adalah apabila
kita menonton televisi yang menayangkan wawancara penyiar televisi kita dengan
seorang turis asing. Si turis enak saja berbicara bahasa Indonesia yang kacau.
Tapi penyiar televisi dan kita bisa menangkap isi wawancara tersebut. Takut dan
malu, tidak ada dalam kamus percakapan mereka! Yang penting mereka berbicara.
Pernahkah Anda menonton acara
berbahasa Inggris di TVRI setiap hari Sabtu malam? Siaran yang diperuntukkan bagi
siswa SMA itumenarik dan layak untuk ditonton. Lihatlah dengan lancarnya
siswa-siswa yang ikut berlomba dalam acara itu berbicara bahasa Inggris. Mereka pun berbicara tidak takut salah
apalagi malu bila ingin menjawab dan berinteraksi dalam acara itu. Acara yang
diisi dengan “game-game” kreatif itu cukup menarik. Mereka diuji tidak hanya
dalam hal tata bahasanya, tetapi juga dalam wawasan sosial dan pengetahuan
lainnya. Semua itu dilakukan dalam bahasa Inggris. Sangat menarik dan
mengagumkam karena mereka dengan lancarnya berbahasa Inggris.
Nah, pada hari Ahad malam
Senin, 7 September 2008 sekitar pukul 20.30, TVRI menayangkan para pemenang
dalam acara yang dimaksud di atas sedang berada di negara yang kini sedang
bersiap memilih presiden baru yaitu Amerika Serikat. Mereka begitu bahagia
sekaligus bangga mendapat hadiah jalan-jalan ke Amerika.
Sungguh penulis sangat
terkesan sekaligus terharu. Hal ini disebabkan karena begitu mudahnya mereka
bisa pergi ke sana. Hanya bermodalkan pandai berbahasa Inggris, ikut lomba
melalui beberapa babak penyisihan, lalu juara! Hadiahnya itu tadi yaitu pergi
ke negara paman Sam, gratis lagi! Ada uang saku pula…wah, sangat lengkap.
Semuanya merasa bangga. Orang tua dan keluarga sudah pasti, apalagi sang guru
yang mengajar bahasa Inggris bangga juga walaupun tak ikut berangkat.
Wah, maaf penulis sepertinya
lari dari tema kita hari ini. Baik, kita
kembali ke masalah di atas yaitu tentang bahasa Inggris. Kita tahu bahwa di
Indonesia pelajaran bahasa Inggris sudah mulai dikenalkan sejak Taman
Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi. Tapi hasilnya bagaimana? Kita merasa sedih
sekaligus prihatin atas kemampuan siswa kita terhadap penguasaan bahasa
Inggris. Padahal jika kita hitung lamanya mereka belajar, di SD, dua tahun. Kita
mulai saja dari kelas 5 dan 6, di SMP, tiga tahun, di SMA, tiga tahun juga.
Total lamanya belajar adalah delapan tahun. Masa yang sangat lama. Nah,
bandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia, hanya mengandalkan
sebuah kamus kecil, mereka dengan mudahnya melafalkan kata-kata bahasa
Indonesia sehari-hari. Paling lama mereka belajar satu tahun. Pertanyaan kita
adalah “mengapa mereka begitu mudah belajar bahasa kita?”. “Mengapa kita yang
belajar lebih dari delapan tahun, tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik?”
Menurut pengalaman penulis
yang sempat juga mengajar di SMA, Universitas Jambi dan IAIN STS Jambi dan
pernyataan rekan sejawat yang saat itu sama-sama kuliah S 1, dikarenakan
pengajaran kita terlalu menekankan kepada tata bahasa walaupun di dalam buku
teks saat kegiatan belajar mengajar ada materi “Speaking” nya. Tapi benarkah
jawaban di atas? Jawabannya ya! Lihatlah bila siswa menghadapi ujian bahasa
Inggris,sebagian besar ujiannya tertulis. Siswa diharapkan menganalisa dan
memahami sendiri soal-soal yang disediakan. Hasilnya jarang sekali mendapat NEM
nya 6 atau 7.
Menurut penulis perlu ada
perubahan dalam sistem pembelajaran bahasa Inggris. Penulis yakin sepenuhnya
bahwa perlu adanya kebijakan yang kuat untuk hal dimaksud. Kita ingin setelah
tamat SMA dan perguruan tinggi siswa dan mahasiswa kita mampu berbahasa
Inggris.Tapi bisakah kita-kita ini mengambil keputusan untuk hal dimaksud?
Penulis :
Zamarudin.S.Pd
Guru SD Islam Al Falah Jambi
Langganan:
Postingan (Atom)